Kupang, 15 Mei 2025 — Ratusan warga Pulau Kera yang tergabung bersama Perkumpulan Orang Same Bajau Indonesia (POSBI), mahasiswa, tokoh adat, aktivis, dan simpatisan menggelar aksi damai menolak relokasi di depan Gedung DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis pagi (15/5). Aksi ini merupakan bagian dari penolakan terhadap rencana relokasi paksa yang mengancam keberadaan masyarakat adat Pulau Kera.
Kedatangan perwakilan POSBI ke Pulau Kera, termasuk Ketua Umum POSBI, Erni Bajau, merupakan hasil solidaritas dan gotong royong masyarakat Same Bajau, termasuk warga Pulau Kera sendiri, yang secara swadaya mengumpulkan dana untuk membiayai transportasi dan kebutuhan selama kegiatan advokasi di lapangan.
Pada hari ketiga kunjungannya, Erni Bajau bersama warga berangkat dari Pulau Kera menuju Kupang dengan menggunakan tiga unit perahu jolor. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 35 menit hingga tiba di Pelabuhan Oeba. Di sana, tujuh mobil pick up telah disiapkan untuk mengangkut massa menuju Kantor Gubernur NTT, yang menjadi titik awal aksi damai.
Aksi dilanjutkan dengan long march dari Kantor Gubernur menuju Kantor DPRD Provinsi NTT. Di lokasi tersebut, massa aksi melakukan orasi secara bergantian di hadapan gedung dewan yang dijaga ketat aparat kepolisian.
Salah satu orator dalam aksi tersebut adalah Erni Bajau, Ketua Umum POSBI. Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa masyarakat laut Indonesia, khususnya komunitas Same Bajau, memiliki hak untuk mempertahankan tanah dan laut sebagai bagian dari identitas dan kehidupan mereka.
“Saya berdiri di sini bukan sebagai politisi, tetapi sebagai anak laut. Sebagai cucu dari leluhur yang hidup di perahu dan menjadikan laut sebagai rumah, serta Pulau Kera sebagai pelabuhan jiwa. Kami datang dengan damai, tetapi dengan keyakinan kuat bahwa rumah kami tidak boleh digusur,” ungkapnya kepada wartawan media POSBI News
Video orasi Erni Bajau dapat dilihat pada videoa di bawah ini:
Aksi damai berlangsung tertib dan penuh semangat, menunjukkan bahwa masyarakat Pulau Kera tidak sendiri dalam perjuangan ini. Pesan yang mereka bawa adalah jelas: tolak relokasi paksa, dan hormati hak-hak masyarakat adat yang telah turun-temurun hidup dan menjaga Pulau Kera sebagai bagian dari warisan leluhur.